Tanggal 26 nopember 2010 lalu, gunung Merapi mulai mengeluarkan letusannya dan masih terus berlangsung sampai saat ini. Dan sampai saat ini juga masih timbul kepanikan di tengah warga yang mengkhawatirkan keselamatan keluarga, kelangsungan hidup dan harta benda mereka. Sehari sebelumnya indonesia juga dilanda tsunami di pulai Mentawai di daerah sumatra. Dan beberapa hari sebelumnya banjir bandang melanda Wasior di papua Barat yang juga menelan banyak korban jiwa.
Tak diragukan lagi banyak saudara-saudara kita yang memang mengalami penderitaan dan kesedihan dan sudah selayaknya mendapatkan perhatian dari kita. Baik bantuan secara materi maupun dukungan dan doa. Itu semua wujud dari kepedulian dan tanggung jawab kita sebagai muslim yang menyadari bahwa tidak dikatakan beriman seseorang sebelum ia mencintai Allah dan RasulNya diatas segalanya dan mencintai saudaranya seperti is mencintai dirinya sendiri. Karena juga kita segera berbondong-bondong mengirimkan bantuan melalui pintu-pintu yang kita anggap bisa mneyampaikan bantuan kita kesana.
Namun kita juga kita tidak bisa menutup mata bahwa yang paling berhak untuk mengurusi perkara ini adalah penguasa. Yang sampai saat ini dalam beberapa hal selalu menjadi pihak yang yang lambat dan kurang tepat penanganannya.Mengapa kok langsung di judge seperti itu? Ya iyalah…apapun yang diatur tidak sesuai syariat akan bermuara pada hal-hal yang tidak pada tempatnya. Ngga adil…….. gitulah!
Memang musibah itu pasti datang. Setiap orang pasti dan akan pernah merasakannya baik besar maupun kecil, walaupun ia tidak pernah meminta. Ada musibah yang menimpa secara individu, ada yang menimpa banyak orang. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat Al baqoroh : 155 "dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sediit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar". Juga dalam HR. Tirmidzi 'Tidak henti-hentinya bala' menimpa kepada orang mukmin pria dan wanita, baik terhadap dirinya, sanak saudaranya atau harta kekayaannya".
Perlu dipahami pula bahwa musibah bukan adzab. Sebagaimana anggapan sebagian orang. Adzab terjadi pada masa nabi tredahulu karena terjadi pembangkangan terhadap nabi dan rasul terdahuluserta risalah yang mereka bawa. Ini diceritakan dalam Al quran, seperti kaum Nabi Luth, nabi Syu'aib, dan sebagainya. Tetapi, setelah kenabian Muhammad Saw, balasan adzab tidak Allah berikan id dunia, meskipun nayak yang menentang kebenaran yang dibawa beliau. Jadi bnayaknya musibah yang menimpa sekarang ini bukanlah adzab melainkan sunatullah yang berlaku atas kehidupan dunia. Musibah berlaku obyektif, menimpa siap saja. Mau orang kafir, fasik, nifak bahkan orang mukmin pun tertimpa olehnya.
Dan disini juga kita bisa melihat beda sikap orang mukmin dengan yang tidak dalam menyikapi musibah. Dalam HR. Muslim dikatakan 'Menakjubkan perkara orang-orang yang beriman, seluruh urusannya adalah baik dan tidak ada hal itu pada yang lain kecuali pada mereka yang beriman. Jika ia mendapatkan kebaikan ia bersyukur da itu baik baginya. Jika ia mendapatkan musibah ia bersabar, itu pun baik baginya'. Bagi orang yang tawakal pada takdir, musibah dikatakan bisa menajdi hiburan baginya. Ia akan selalu berbaik sangka kepada Allah Swt dan tidak akan berkeluh kesah kecuali mengadukannya kepada Allah swt. Jadi memang musibah tak selalu identik dengan penderitaan.
Merasa menderita ternyata terkait dengan persepsi dalam diri kita sendiri. Islam memberikan panduan kepada kita dalam menyikapi musibah :
- Mengimaninya sebagai suatu sunatullah yang pasti terjadi dan menimpa siapa saja
- Melakukan takziyah serta memberikan bantuan bagi mereka yang tertimpa musibah.
- Tawakal dan berserah diri kepada Allah. Mengikhlaskan segala yang terjadi semua adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah.
- Bersabar dan memakmanainya sebagai ujian Allah yang akan menghapuskan dosa dan menambah kemuliaan diri.
- Meyakini bahwa Allah tidak akan mendzholimi hambanya, bahwa setiap ujian sesuai kadar keimanan dan kemampuan seseorang.
- Tetap bersyukur atas segala yang ada dan masih tersisa pada diri kita
- Melihat pada orang lain yang tak seberuntung kita agar menambah rasa syukur kita dan juga empati terhadap sesama.
- Jangan banyak mengeluhkan musibah kepada orang lain. Banyak mengeluh hanya akan mengurangi pahala dan menyusahkan orang lain.
- Melakukan muhasabah. Bencana yang datang memang bukan adzab. Tetapi ia bisa datng akibat perbuatan maksiyat manusia. Seperti penyakit AIDS akibat seks bebas. Korupsi yang berujung kepada kemiskinan, dan sebagainya. Sehingga kita wajib merenungi ayat-ayat Allah dal alquran surat Ruum ayat 41 dan Thohaa ayat 123-124.
- Banyak berdoa kepada Allah , mohon diberi kekuatan lahir dan batin.
Wallhu a'lam bi ash showab
(Syaheed Asa)
0 komentar:
Posting Komentar